Minahasa Selatan, PALAKAT.id – Organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa Lalang Rondor Malesung (Laroma) menggelar kegiatan upacara adat tolak bala Kemi’is In Do’ong. Acara ini diselenggarakan di desa Tondei, Minahasa Selatan (Minsel), Selasa (30/5/2023).
Proses ritus ini digelar di beberapa tempat di seputaran desa Tondei Raya. Perjalanan diawali dari sekretariat Laroma menuju ke makam pendiri kampung untuk berziarah dan melakukan doa permohonan meminta berkat dari yang Kuasa untuk sekiranya dijauhkan dari hal-hal negatif untuk desa Tondei Raya yang disimbolisasikan dengan menanam tanaman Tawaang usai menggelar doa oleh walian Frits Sual.
Perjalanan yang didampingi oleh tonaas Rinto Taroreh ini kemudian dilanjutkan di situs Lesung Watu Lutau yang berada di wilayah selatan desa Tondei Duaa.
Kegiatan yang sama kemudian dilakukan oleh sang walian dan diakhiri dengan beberapa warga penghayat melakukan putaran di sekitar watu sebanyak sembilan kali yang diartikan sebagai simbol kesungguhan serta niat yang baik hati dalam menjalankan proses ritual ini.
Setelahnya, walian kemudian mengambil beberapa rumput yang berada di watu lutau. Usainya, acara kemudian dilanjutkan di mata air yang tak jauh dari situs, kemudian walian melakukan doa permohonan kepada Tuhan yang Maha Esa untuk berkat melimpah bagi desa yang diapit oleh gunung Lolombulan dan Sinonsayang.
Kemudian walian menghanyutkan beberapa rumput yang sudah diambil sebelumnya sebagai simbolisasi menghanyutkan anasir-anasir negatif dan hal-hal buruk dalam proses menjalani kehidupan sebagai manusia hari ini dan yang akan datang.
Selanjutnya, bersama beberapa kelompok kawasaran yang tersebar di tanah Minahasa yang kemudian menyatu dalam acara ini, memimpin perjalanan menuju watu apar atau batu pembatas kampung yang berada di wilayah desa Tondei satu.
Usainya, para peserta langsung kembali di sekretariat Laroma. Iswan Sual sebagai ketua organisasi penghayat Laroma ini menjelaskan, proses ritus ini sudah dimulai sejak lama dan ini adalah turun temurun dilakukan di desa Tondei.
Dia juga menjelaskan doa-doa yang dipanjatkan selain meminta berkat untuk kampung, doa-doa ini juga dipanjatkan untuk keberlangsungan hidup di kayo’baang atau dunia.
“Ritual kemi’is in do’ong ini adalah upacara adat tolak bala yang dilakukan sejak dulu dan terwariskan dari generasi ke generasi. Tetapi kemudian sejak tiga tahun terakhir ini, Laroma menggelar acara ini secara terbuka kepada masyarakat,” jelas Sual.
Acara ini dihadiri oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah 17 yang meliputi Sulawesi Utara (Sulut) dan Gorontalo, Dinas Kebudayaan Daerah Provinsi Sulut, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman), Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN), Waraney Wuaya, Kanaramen, tua-tua adat Tombulu dan beberapa komunitas kawasaran lain yang tersebar di tanah Toar Lumimuut.(nli)