Minahasa Selatan, PALAKAT.id – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) melalui Dinas Kebudayaan Daerah bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang diwakili oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) mengapresiasi acara ritual adat yang digelar oleh organisiasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa Lalang Rondor Malesung (Laroma), Selasa (30/5)/2023).
Ricki Rumagin sebagai perwakilan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) mengucapkan terima kasih kepada pengurus Laroma yang sudah memberikan undangan secara resmi kepada mereka yang memang dalam tugas dan fungsinya sebagai pelestari kebudayaan, perlindungan bahkan pendataan situs-situs kebudayaan di wilayah 17.
“Tabea, sekalipun dengan makna yang pendek tetapi satu kata itu mempersatukan. Atas nama BPK wilayah 17 Sulut dan Gorontalo pertama menyampaikan terima kasih kepada Laroma yang sudah mengundang untuk mengikuti kegiatan. Atas nama kepala BPK wilayah 17 memberikan apresiasi karena pak kepala belum sempat hadir bertepatan hari ini berada di luar daerah,” ucap Rumagin.
Rumahin mengatakan, BPK ini adalah satu institusi di wilayah kerja dan fungsi adalah pelestarian dan perlindungan lebih khusus di wilayah sekarang yang masuk dalam 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang di dalamnya adat istiadat yang termasuk ritual.
Kalau dalam pelestarian, ini dalam bentuk cagar budaya. BPK ini lebih menitikberatkan terhadap pelestarian kebudayaan dan perlindungan cagar budaya.
“Apresiasi secara pribadi saya ucapkan kepada pengurus Laroma yang secara resmi mengundang kami dan sejak pagi kami mengikuti ritual adat di tempat-tempat leluhur yang utamanya kita memohon kebaikan untuk kita semua. Kesimpulannya Bhineka Tunggal Ika. Sekalipun kita berbeda agama, suku, ras, namun itu adalah satu kekayaan untuk membangun kemajemukan dalam tujuan satu membangun, melestarikan kebudayaan,” kata Rumagin.
Lebih lanjut, Ferdy Tamarindang yang menjadi perwakilan Dinas Kebudayaan Daerah Sulut menyebutkan bahwa kegiatan-kegiatan Laroma ini adalah aset dan diharapkannya Pemerintah Desa (Pemdes) di Tondei Raya ini supaya mendukung kerja-kerja kebudayaan seperti ini.
Dia juga menyebutkan soal kebudayaan, kepercayaan, dan tradisi yang sudah melekat di daerah setempat perlu untuk dijaga dan dilestarikan.
“Kami merasa ini adalah aset. Kalau memang kegiatan Laroma ini sudah diagendakan berkelanjutan tentunya pemerintah fungsinya memfasilitasi. Kita melihat Laroma inikan berada di wilayah kabupaten Minahasa Selatan dan kordinasi supaya lebih intens,” sebut Ferdy.
Selain itu, menurutnya kegiatan seperti ini bisa dikatakan unik dan sekiranya dikemas lebih baik. jika demikian akan menjadi tujuan wisata minat khusus. Suport pemerintah setempat maupun kabupaten sangat diperlukan.
“Ini adalah momentum yang bagus, teragendakan dan bisa saja di hari yang akan datang boleh menjadi tujuan wisata. Masamper itu terkenal dimana-mana tetapi kemudian saya bilang unsur-unsur yang ada di wilayah sini mana. Perjuangan-perjuangan kebudayaan memang perlu. Kebudayaan, kepercayaan, dan tradisi memang perlu untuk dihayati dan di apresiasi apalagi itu memang itu sudah bagian yang hidup di negara kita maka itu perlu dilestarikan,” jelas Tamarindang yang juga kepala UPTD Taman Budaya dan Museum.
Acara ini dihadiri oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah 17 yang meliputi Sulawesi Utara (Sulut) dan Gorontalo, Dinas Kebudayaan Provinsi Sulut, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman), Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN), Waraney Wuaya, Kanaramen, tua-tua adat Tombulu dan beberapa komunitas kawasaran lain yang tersebar di tanah Toar-Lumimuut.(pid)