Minahasa Selatan, PALAKAT.id – Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Lalang Rondor Malesung (Laroma) menggelar kegiatan syukuran Hari Ulang Tahun (HUT) ke-7 berdirinya perkumpulan yang berpusat di desa Tondei Raya. Acara yang sederhana dan hikmat, penuh makna ini diselenggarakan di Sekretariat Laroma Tondei Satu, Jumat (17/2/2023).
Jalannya acara ini dimulai sekira jam 4 sore dan ditandai dengan Walian Frits Sual mengatur (melur) sesajian (umper) di atas daun lontar yang berisikan sirih, pinang, dan kapur.
Selanjutnya dia mengajak para anggota serta undangan yang hadir untuk menyanyikan lagu khas suku Minahasa yang berjudul mayo waya dan mengajak untuk bersama-sama melakukan doa ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang diberikan sehingga acara ini terlaksana. Setelahnya, Walian kemudian langsung membakar kemenyan (tetembur) di kure’ (wadah). Selanjutnya diadakan acara makan bersama.
Iswan Sual sebagai ketua Laroma kemudian menjelaskan makna yang terkandung dalam jalannya prosesi sebelumnya, di mana umper yang diberikan adalah simbol penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada leluhur yang sampai hari ini masih terus bersama-sama.
Lebih lanjut dia menuturkan, dalam kepercayaan tua Minahasa, tetembur dipercaya mengusir hal-hal yang jahat ataupun anasir-anasir negatif yang nantinya akan mengganggu jalannya acara. Di sisi lain, Sual kembali menceritakan proses berdirinya organisasi Laroma yang didirikan pada tahun 2016. Selain itu, acara ini juga dirangkaikan dengan HUT dari Walian Tangkopus Frits Sual.
Lebih menarik kemudian, tak kala syukuran ini dihadiri oleh Ribka Tumelap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang datang melakukan wawancara kepada ketua Laroma dan Walian terkait ikatan manusia dan anjing dalam pendekatan kepercayaan tua Minahasa.
“Tujuan di sini untuk meneliti terkait kepercayaan Malesung melihat ikatan anjing dan manusia di Minahasa. Ada kesan yang dapat saya sampaikan ini adalah luar biasa, merasa diterima dengan baik, kemudian banyak ilmu yang didapat untuk memperlengkap data yang sementara disusun sebagai proses penyelesaian studi,” ujar Ribka.
Harapannya, semoga organisasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ini tetap bertahan. “Kiranya karya-karya ataupun pengetahuan tua Malesung dipertahankan untuk kemajuan kita bersama hari ini dan yang akan datang,” tutur Mahasiswa yang sementara menyelesaikan pendidikan S2 di Salatiga, Jawa Tengah.
Tokoh masyarakat Rafi Bujung yang turut hadir menyebutkan, acara ini adalah bentuk kebersamaan dalam satu perbedaan yang dimaksudnya, sebagai perbedaan keyakinan tetapi kemudian juga satu tujuan yang memanusiakan serta bentuk kebersamaan ataupun toleransi antar umat beragama.
“Terima Kasih, Laroma mengundang saya untuk hadir dalam kegiatan peringatan HUT Laroma ke-7. Bagi saya ini adalah kebersamaan dalam satu perbedaan. Berbeda keyakinan tetapi bersama dalam satu tujuan yaitu menghormati leluhur tetapi juga taat kepada Tuhan Yang Maha Esa,” sebut Rafi.
Dia juga mengatakan, acara ini sebetulnya sama dengan perayaan-perayaan dari komunitas lain ataupun agama lain. Acara seremonial seperti ini menunjukan bahwa organisasi penghayat kepercayaan ini semakin diterima di tengah masyarakat, bukan hanya terbatas di lingkup Tondei tetapi juga di luar Tondei dengan bukti ada banyak peneliti yang datang dan hari ini mahasiswa UKSW. Itu menandakan bahwa Laroma berkembang diluar Sulawesi Utara. Tentunya harapan, Laroma tetap eksis, maju dalam program-programnya kedepan.
“Kami sebagai anggota masyarakat yang terus mengamati perkembangan dari Laroma ini tentu berharap, akan seiring sejalan dengan agama-agama lain. Bukan hanya kami berpikir bahwa agama kami yang maju, tetapi berharap juga sebagai sesama organisasi yang mempunyai tujuan yang baik yang mengajarkan pendidikan tentang kebudayaan, tentang kepercayaan terhadap Tuhan, diharapkan Laroma juga terus berkembang dan maju,” sebut Bujung yang juga sebagai Penatua Remaja GMIM Bukit Moria Tondei Satu.(nli)