Beranda Berita Terkini Lestarikan Kalelon, Mahasiswa Unima Riset Musik Tradisi Di Tondei

Lestarikan Kalelon, Mahasiswa Unima Riset Musik Tradisi Di Tondei

660
0
Talita Rumengan (kanan bawah), mahasiswa Unima saat mewawancarai pemain musik kalelon.(foto: yanli)

Minahasa Selatan, PALAKAT.id – Musik kalelon adalah musik tradisi yang mengakar di tanah Minahasa. Hampir di setiap kampung memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing dalam memainkannya.

Tetapi kemudian musik ini terancam punah karena sudah tak banyak lagi yang tahu bahkan memainkannya. Di beberapa tempat, tradisi bermusik ini justru dimainkan oleh generasi lima puluh tahun ke atas.

Dengan semangat melestarikan kearifan lokal musik tradisi, Talita Rumengan, mahasiswa Universitas Negeri Manado (Unima) melakukan penelitian teknik bermain musik kalelon di desa Tondei, kecamatan Motoling Barat, Minahasa Selatan.

Selama tiga hari beruntun, 13-15 April 2024, Rumengan fokus mengumpulkan data dengan teknik wawancara satu per satu dari para pemain kalelon di Tondei Raya.

Talita menuturkan, hal-hal penting yang mesti diketahui dan diwariskan, semisal teknik bernyanyi, cara petikan bahkan stem gitar atau pun jook yang digunakan.

“Ada beberapa poin penting yang perlu diketahui yaitu bagaimana cara bermain kalelon serta hal-hal teknis yang terkait di dalamnya,” tutur Rumengan yang adalah mahasiswa tingkat akhir di jurusan seni musik Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unima.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa di seputaran Tondano tempat kelahirannya, sudah tidak ada lagi pemain musik tradisi ini. Padahal kalelon adalah bagian dari kebudayaan Minahasa yang penting untuk dikembangkan bahkan dilestarikan.

Refly Sengkey yang tergabung dalam group Makalelon Lolombulan Tondei (MLT), berharap semakin banyak generasi Minahasa yang berminat balajar dan melestarikan tradisi ini.

“Baharap tu kaum muda ada banyak yang suka deng mau mo lestarikan ini makalelon. Karena skrang so banyak yang nda tahu dengan nda suka lagi mo belajar padahal ini torang pe musik Minahasa,” ucapnya di sela-sela wawancara.

Desa Tondei sendiri masih memiliki banyak pemain musik kalelon dan dapat ditemui dalam acara-acara baik suka maupun duka. Di sisi lain, teridentifikasi, memang sudah tak banyak lagi kaum muda desa yang tertarik belajar teknik bermain musik ini.(nli)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini