Jawa Tengah, PALAKAT.id – Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesmbumi) PBNU menggelar kegiatan Doa Bersama dan Sarahsehan Budaya yang bertajuk Keragaman Adat dan Budaya Dalam Satu Kesatuan Warisan Peradaban Nusantara Yang Toleran dan Harmonis.
Acara ini diselenggarakan di Pondok Pesantren As Syahiida desa Lebak Pracimantoro Wonogiri, Sabtu (12/8/2023).
Dosen Pasca Sarjana Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Zastrouw Al-Ngatawi menjelaskan untuk kegiatan ini adalah upaya untuk saling menjaga keakraban dan bertujuan untuk sosial masyarakat dan untuk kebudayaan serta menjadi antivirus terhadap virus fandalisme dan intoleran.
“Yang kita lakukan ini (sarasehan budaya dan doa bersama, Red) adalah laku spiritual yang memiliki dampak sosial dan kultural. Dia tidak sekedar pengingat kematian dan penguat iman tetapi juga menjadi vaksin kultural yang dapat meningkatkan imunitas ideologi dari serangan virus fundamentalisme dan yang intoleran dan anti tradisi,” jelas Zastrouw.
Menurutnya, Indonesia ini ibaratnya seperti danau yang luas. Danau ini dialiri oleh mata air-mata air jernih dari berbagai sumber.
“Sumber itu adalah bapak ibu adat dan tradisi itu adalah mata air jernih yang dari sumber dari danau yang namanya Indonesia. Tetapi dengan realitas saat ini, saya membayangkan danau Indonesia ini sudah tidak dialiri lagi sumber mata air jernih peradaban nusantara yang ada di kelompok-kelompok adat ini. karena sumber ini sudah ditutup, sumber ini sudah tersumbat oleh sampah-sampah peradaban. Sumbernya tersumbat, gorong-gorong yang mengaliri ini juga tersumbat sehingga sampah terkumpul di alang-alang dan lain sebagainya akhirnya danau Indonesia ini sekarang hanya dialiri oleh air-air comberan air kotor dari sampah peradaban yang nda tahu datangnya dari mana,” jelasnya.
Dari beberapa undangan perwakilan organisasi di Nusantara yang dilibatkan, Ketua Lalang Rondor Malesung (Laroma) Iswan Sual mendapat kesempatan menjadi perwakilan yang menanam pohon dan membaca doa.
Dalam penyampaiannya, Iswan Sual mengatakan kegiatan Lesbumi ini adalah acara yang merekatkan persaudaraan Nusantara dalam menjaga Kebhinekaan.
“Sangat bersyukur boleh hadir dalam kegiatan Sarasehan Budaya dan doa bersama yang digagas oleh PBNU Lesbumi. Ini inspirasi dalam menjaga kebhinekaan,” ujar Iswan.
Menurut Iswan, umat Muslim patut diapresiasi upayanya dalam merekatkan tali persaudaraan Nusantara, yang meskipun berbeda namun satu Indonesia.
“Ini adalah contoh mayoritas yang baik, yang menjadi inisiator dialog lintas iman dan suku, bahkan doa bersama. Jarang ada doa-doa agama lain, apalagi dari agama leluhur, dibacakan dalam acara dimana ada satu yang dominan. Sekali lagi ini inspiratif dan patut diikuti oleh semua yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan, keberagaman dan kebhinekaan,” kata Iswan.
Sual kemudian berharap acara yang serupa boleh terjadi di Sulawesi Utara (Sulut). Dia juga memberi informasi dimana agama Leluhur, Baha’I dan Yahudi telah diakomodir dalam FKUB di Jawa Tengah.
“Kami tentu ingin melihat itu terjadi di Sulawesi Utara. Di Jawa Tengah FKUB sudah melibatkan agama lain seperti Baha’I dan Yahudi. Bahkan para Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, atau penganut agama leluhur. Sulut masih sulit terkesan. Semoga kedepan, kita berdoa bersama-sama supaya Sulut semakin toleran dan ramah kepada para penghayat kepercayaan,” harap Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) DMW Sulut.
Selain dua kegiatan di atas, ada juga penanaman pohon pusaka, pagelaran wayang kulit, ziarah ke gunung Gambar dan gua peninggalan zaman Majapahit. Juga turut dihadiri oleh komunitas adat Suku Kajang, Kei, Tengger, Badui, Plorwali Mandar, Bissu Bugis, Bali, Gayoh Aceh, Seram, Lampung, Bajo Gorontalo.(pid)