Minahasa, PALAKAT.id – Umat Yahudi Minahasa merayakan Hari Hanukkah bersama Forum Lintas Iman Indonesia. Bertempat di Sinagoge Haar HaShamayim Tondano, kegiatan ini turut dihadiri perwakilan Ahmadiyah, Baha’i, Gereja Anglikan, Sikh, Gereja Orthodoks, Taoisme, dan Kepercayaan Lalang Rondor Malesung (Laroma), Sabtu (9/12/2023).
Acara dimulai sekitar pukul 6 sore dan diawali dengan sambutan dari Rabbi Yaakov Baruch yang menjelaskan tentang asal usul Perayaan Hari Hanukkah.
“Hari Hanukkah adalah peringatan penyucian kembali Bait Allah, tetapi hari ini juga bagi umat Yahudi adalah hari cahaya, hari pembebasan dan perdamaian,” ujar Rabbi Yakoov Baruch.
Setelah umat Yahudi membawakan beberapa lagu, kegiatan dilanjutkan dengan pemasangan lilin di Menorah. Penyalaan lilin diawali dengan ungkapan harapan untuk perdamaian dunia terkait perang Israel-Palestina. Empat lilin dinyalakan terkait hari keempat perayaan.
Lilin pertama dinyalakan oleh Rabbi Yaakov Baruch; lilin kedua oleh Mln Hafiz A. Mutu dari Ahmadiyah; lilin ketiga dinyalakan oleh Iswan Sual dari Laroma; dan lilin keempat dinyalakan oleh Juris Kangihade dari Gereja Anglikan.
Iswan Sual menuturkan bahwa ini kedua kalinya dia bersama teman-teman lintas iman menghadiri perayaan ini.
“Pesan inti dari perayaan ini adalah perdamaian menjadi pilihan pertama ketika kita hidup dalam masyarakat yang beragam,” tuturnya.
Menurutnya, walaupun ini adalah hari raya umat Yahudi, namun pesan dan nilai-nilai yang disampaikan adalah universal.
“Harapan akan pembebasan dari penjajahan dan tindakan intoleransi serta diskriminatif adalah harapan semua kaum, setiap umat manusia. Nilai-nilai itu sinkron dengan ajaran luhur warisan para pendahulu di tanah Malesung. Kaaruyen dan Kalawiren (kedamaian dan selamat sentosa) dijaga lewat kehendak mau bersatu (minaesa). Itu semangat amanat Watu Pinawetengan: akad se tuus tumou wo tumou tou,” lanjutnya.
Ketua Laroma itu pun menegaskan bahwa misi dari Indonesia Interfaith Forum adalah menjaga keharmonisan yang prinsipnya ada dalam ungkapan cita waya esa, cita metuari.
Kegiatan ini diakhiri dengan makan donat sebagai bagian dari tradisi perayaan dan foto bersama.(swd)