Manado, PALAKAT.id – Terus berjuang membangun kesadaran bersama dalam menciptakan kader-kader organisasi untuk pengembangan kebudayaan dan tradisi, Lalang Rondor Malesung (Laroma) menggelar Peningkatan Kapasitas Swabela Pelatihan Manajemen Organisasi.
Acara ini dselenggarakan di Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Manado Senin, (03/07/2023).
Iswan Sual sebagai ketua Laroma menyampaikan, tujuan diselenggarakan kegiatan ini untuk menambah wawasan anggota terkait organisasi pun sebagai persiapan kedepan bagi calon-calon anggota yang nantinya akan menjadi pemimpin berikutnya.
Dia juga menyebutkan soal materi lain terkait hak-hak warga penghayat yang penting untuk diketahui, serta bagaimana mengadvokasi permasalahan-permasalahan yang melibatkan hukum.
Jalannya acara ini dimulai sekira jam sembilan pagi dan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Dari perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (DitKMA), Minang Marwan menuturkan, kegiatan ini adalah rangkayan dari program Penguatan Lembaga Kepercayaan Dalam Bingkai Pemberdayaan.
“Kami melihat organisasi kepercayaan itu belum muncul semua dipermukaan karena mungkin masih ragu, malu, ataupun tidak mudah bagi mereka dalam mengaktualisasi keyakinannya. Saat ini, peraturan yang menguatkan penghayat kepercayaan sudah sangat banyak. Kami harapkan bapak ibu bisa memanfaatkan kegiatan ini. Setelah ini, dapat percaya diri menunjukan dan mampu berinteraksi dengan sosial sekitar dan tidak kaku dalam mengaktualisasi hal tersebut,” tutur Minang yang adalah pamong budaya DitKMA.
Lebih lanjut, Riki Rumagit perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) memberikan apresiasi kepada Laroma yang mampu membuat kegiatan pelatihan seperti ini.
Dia kemudian menjelaskan BPK sendiri memberikan support bahkan bantuan dalam hal pemajuan kebudayaan.
“Kami mengapresiasi untuk ini. Karena ini juga bagian dari pelestarian kebudayaan dimana juga menjadi bagian dari aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal kebudayaan. Sosialisasi seperti ini adalah hal yang positif kepada masyarakat tanpa ada yang mengira-ngira tentang penghayat kepercayaan dan stigma yang kemudian diberikan. Prinsipnya, BPK selalu mensupport karena ini bagian dari objek pemajuan kebudayaan yang masuk dalam sepuluh objek yaitu ritus, dan adat istiadat, dan seni seperti yang ditampilkan tadi,” supportnya.
Yang menarik dari jalannya kegiatan ini juga turut dihari oleh mahasiswa teologi dan filsafat dari Jakarta, Pdt Ruth Wangkai peneliti Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT), Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa Indonesia (MLKI) Pusat, organisasi penghayat Masade, Kanaramen, Adat Musi, Mangindayo, Manguni Makasiow Nusantara.(nli)