Minahasa, PALAKAT.id – Menunjang program organisasi, Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) Dewan Musyawarah Wilayah (DMW) Sulawesi Utara (Sulut), menggelar diskusi rutin bertajuk Tuhan Yang Benar Dalam Tradisi Minahasa, di Warembungan Sabtu, (9/11/2024).
Kegiatan ini diawali dengan doa yang kemudian dipimpin langsung perwakilan dari agama Baha’i. Iswan Sual sebagai ketua presidium MLKI Sulut dalam sambutannya, memaparkan secara singkat terkait apa itu MLKI beserta tingkatan kepengurusannya bahkan tujuan diselenggarakannya kegiatan rutin ini.
Tonaas Rinto Taroreh yang bagian dari presidium MLKI Sulut menjadi pemantik dalam diskusi kritis terkait kemahaesaan Tuhan dalam perspektif penghayat kepercayaan di Minahasa. Dia menjelaskan, Minahasa terdapat beberapa penyebutan terhadap Tuhan.
“Di wilayah Selatan Minahasa dalam sub etnis Tontemboan, Tuhan kemudian disebut sebagai Kasuruan Wangko. Berbeda dengan daerah sub etnis Tombulu, Tuhan disebut sebagai Empung Wailan Wangko,” tutur Taroreh.
Diskusi semakin menarik, tak kalah pandangan lain muncul dari agama Islam bahkan Baha’i menuturkan, secara umum konsep Ketuhanan yang telah dipaparkan tidak berbeda jauh dengan apa yang dipahami dalam agama mereka.
Mereka kemudian bersepakat bahwa Tuhan itu tidak terbatas dalam ruang dan waktu dan perbedaan itu adalah keniscayaan. Berbeda tetapi tidak harus dibeda-bedakan karena kemudian Indonesia dipersatukan dalam kebhinekaan.
Selain Ahmadiyah dan Baha’i, diskusi ini turut dihadiri oleh perwakilan penghayat Kanaramen, Kristen dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Manado.(nli)