Minahasa Selatan, PALAKAT.id – Pentingnya melestarikan kearifan lokal kebudayaan di tanah Lumimuut-Toar ini adalah keharusan bagi setiap tou (orang) Minahasa.
Menjawab tantangan zaman hari ini supaya generasi muda memiliki pijakan yang berlandaskan ajaran luhur baik kesenian lokal, dan lain sebagainya, Gerakan Muda Community (GMC) Lolombulan menggelar kegiatan Festival Musik Kalelon.
Acara ini diselenggarakan di Kediaman Ketua GMC Rianto Tamba di Desa Tondei Dua, Minggu (26/06/2022).
Setelah kegiatan dibuka dengan doa, Arter Senduk sebagai dosen di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) menyampaikan terima kasih atas undangan serta bantuan diberikan kepadanya.
Selain itu, kedatangan Mner Senduk ini juga bermaksud untuk melakukan riset atau penelitian terkait musik kalelon dalam proses penyelesaian disertasinya di Universitas Indonesia (UI).
Selanjutnya, Feri Sondakh, Ezra Sengkey, Elko Mogogibung, dan Refli Sengkey, para seniman Tondei yang sudah lebih dulu tiba ini, langsung mengisi acara dengan membawakan musik tradisi yang berakar di tanah Minahasa atau Kalelon-Makaaruyen.
Para peserta kegiatan semakin antusias, tak mau kalah, Semi Sengkey turut ikut bergabung dalam kelompok yang sebelumnya sudah mulai bernyanyi ini.
Sembari menikmati suguhan kopi dan pisang goreng dari GMC, acara kemudian dilanjutkan dengan Interview atau tanya jawab antara Arter Senduk dan para seniman.
Pengurus Sanggar Tumondei Minahasa Selatan juga menjadi salah satu narasumber dalam proses pemerolehan data untuk penyelesaian studinya.
Mner Senduk menuturkan bahwa musik kalelon ini adalah khas yang berakar dari Minahasa.
Itu dibuktikan dengan cara penyampaian bahkan petikan yang keluar dari alunan musik memililki daya, pesan yang luhur, apa lagi makna yang disampaikan lewat sajak-sajak yang keluar didalamnya.
“Harapan saya, penulisan disertasi ini akan mengangkat nyanyian makalelon ini, dimana di desa Tondei masih ada penyanyi yang masih aktif. Mereka sangat bersemangat memberdayakan lagu ini. Sebagai mana yang saya dapat informasi dari penyanyi ini, bahwa sejak dulu kala orang-orang tua mereka sudah lebih dulu melakukan nyanyian ini. Ada pesan moral, dan sarat makna dan tema dari orang tua Minahasa yang harus di sampaikan kepada generasi muda selanjutnya,” tutur kandidat doktor tersebut.
Lanjutnya, penelitian ini bertujuan mengangkat identitas Minahasa untuk disampaikan kepada masyarakat luas bahwa ada musik lokal yang sudah berakar di tanah Minahasa.(nli/pid)